Ukuran pagi tentunya sangat beragam. Ada yang bilang jam 5 subuh hari itu pertanda pagi. Namun ada juga yang beranggapan bahwa jam 10 itu pagi. Maka kemudaian munculah konflik. Mereka yang bangun pagi jam 5, akan mengejek mereka yang bangun siang bolong. Pastinya menurut pandangan mereka sendiri. Sang tukang bagun siang pun mungkin tidak akan bergeming. 'Itu hanya masalah persepsi saja,' gumamnya.
Lambat laun, keberadaan dua kelompok orang yang berbeda ini menimbulkan varian tipe orang baru. Tipe moderat. Orang yang bangun pukul 7. menurut mereka, jam tujulah patokan pas bagi orang untuk menentukan siang atau pagi. Inilah batasan nyatanya. Terlambat satu detik saja, orang tersebut dikatakan si tukang bangun siang. Meskipun demikian, tetap saja orang jenis baru ini tetap bias. Tidak berimbang.
Secara tidak langsung mendukung kelompok tukang bangun pagi jam 5. hampir kalahlah sang tukang bangun siang. Dunia memang adil. Munculah kembali orang jenis baru, yang masa bodoh ma batasan waktu – pagi, siang, sore, dan malem sekalipun gak bakalan ngaruh. Muak orang tersebut dengan mulut – mulut yang salih bercemooh.
Daripada pusing – pusing mending tidur aja. Pasti gak bakalan pusing. Tapi aneh juga. Terus – terusan tidur malah lama – lama pusing juga, males, muka jadi tambah tua berkantong pula.'nah loh, udah dibilangin, jangan tidur seenaknya,' sahut semua kelompok kompak menyentak.
'tumben pada kompak.' pikirnya. 'baguslah kalu begitu, makanya aku tetep gimi aja terus biar kalian lupa ma konflik. Tapi kok lama – lama aku jadi cepet tua ya daripada mereka. Waduh gawat niy bisa mati duluan. Masa bodohlah, yang penting lebih dari cukup mengunci mulut mereka para prenjak.
Waduh pandanganku kabur, dan kemudian gelap. Aku gak bisa liat langit biru lagi. Gak tahu lagi siang ma malem. Ku pikir ini siang karena panas, tapi ternyata gara – gara kompor. Ku kira ini malam karena dingin, tetapi katanya gara – gara AC. Samar – samar ku dengar obrolan mereka mengasihani nasibku.. ku juga kasihan ma diri sendiri. Gara – gara niat baik, ku jadi sial. Niat mulia yang membawa sial. Sekaratlah aku sekarang.
No comments:
Post a Comment