Monday, 1 March 2010

Batu Safir Di Dalam Lumpur

Ada seorang gadis duduk di bangku SMP, kata orang dia cerewet dan super jail bin cerdik.
Namun, dibalik itu dia adalah permata terpendam; Pintar, Kreatif, Semangat, Cantik dan Penuh Harapan.

Sesosok gadis yang menjanjikan harapan yang cerah, berbeda dengan gadis biasa lainya yang cengeng dan hanya bisa dandan sama nonton sinetron.

Suatu saat terjadi sesuatu yang membuatnya sedih. Kurang tau apa itu. Dan saya tidak mau tau.
Sayang ya? bintang secemerlang dia, batu permata seindah dan sejelita dia harus redup di pagi hari, ketika fajar baru datang. Dia bagai embun, yang pergi dikala matahari terbit.

Andai dia tetap teguh, menatap ke depan, dia mungkin akan tetap menjadi permata yang indah kelak dan membuat banyak orang mengagguminya.

Memang belum terlambat, masih ada waktu untuk merajut harapanya kembali. Masih sangat bisa. Saya yakin.

Namun begitu, kalau tidak dimulai sekarang semuanya akan terlambat, karena waktu itu berlari bukan hanya berjalan.

Mungkin si gadis tadi harus memulai segalanya dengan cinta. Cinta kepada orang disekitarnya dulu, karena apa yangg mungkin dia anggap akan tetap ada, bisa pergi dengan tiba - tiba. Kita tidak tau seberapa panjang umur orang - orang yang dia kasihi dan cintai.

Dia mungkin sedang jatuh hati kepada seorang cowok. Tapi liat dia sekarang patah hati. Aku tau. Dia terlalu berharap tinggi pada hatinya. Dan ketika dia jatuh, aduh, sakit.

Mungkin gadis itu perlu belajar untuk mencintai orang bukan hanya dengan Mata & Hati. Tidak cukup. Dia seharusnya juga memakai pikiran, menggunakan akal budi.

Cinta itu buta? Mungkin tidak. Kalau buta kenapa banyak orang yang bahagia karena cinta. Dan lebih banyak orang bahagia karena cinta daripada yang menderita karenanya.

Ya sudahlah, semoga si gadis, si permata terpendam, sang bintang yang gemerlap dapat kembali bersinar, dengan terangya menerangi malam yang begitu gelap dan dingin. Dan menjadi bintang yang dikagumi dan mendorong orang lain yang melihatnya dan bertekad untuk menjadi seperti dia.

No comments: